Percampuran
Budaya di Masyarakat Indonesia
Budaya, khususnya di Indonesia memiliki keanekaragaman dan variasi yang
begitu banyak. Dengan budaya yang sedemikian banyaknya, tentu memungkinkan
sekali terjadinya hubungan antar budaya dalam hal ini lebih dikhususkan dari
segi percampuran budaya ( Akultrasi ).
Percampuran budaya di Indonesia sudah terjadi dan telah menjadi bagian
dari kehidupan masyarakat saat ini karena, sifat masyarakat Indonesia pada
umumnya yang sangat terbuka pada perubahan.
A. Pengertian Budaya
Budaya,
yaitu berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Ada pula yang
mendefinisikan budaya sebagai suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Dari definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Nah, dari pengertian diatas dapat
disimpulkan, bahwa Budaya Indonesia adalah Pola pikir, ide dan gagasan yang
hanya terdapat di Indonesia dan memiliki ciri khas, keunikan, keanekaragaman
yang menjadikan landasan dalam berkehidupan di Indonesia.
B. Percampuran Budaya di
Masyarakat ( Akultrasi )
Pencampuran kebudayaan merupakan pedoman kata dari istilah bahasa Inggris
acculturation. Percampuran merupakan suatu perubahan besar dari suatu
kebudayaan sebagai akibat adanya pengaruh dari kebudayaan asing. Menurut
Koentjaraningrat, percampuran menyangkut konsep mengenai proses sosial yang
timbul jika sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada
unsur-unsur kebudayaan
asing. Akibatnya, unsur-unsur asing
lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan asli.
Proses
percampuran berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal disebabkan
adanya unsur-unsur kebudayaan asing yang diserap atau diterima secara selektif
dan ada unsur-unsur yang tidak diterima sehingga proses perubahan kebudayaan
melalui mekanisme percampuran masih memperlihatkan adanya unsur-unsur
kepribadian yang asli.
Mekanisme percampuran dapat
digambarkan sebagai berikut.
1) Unsur Budaya Asing yang Mudah
Diterima
a. Unsur-unsur kebudayaan yang
konkret wujudnya, seperti benda-benda keperluan rumah tangga dan alat-
alat pertanian yang praktis dipakai.
b. Unsur-unsur kebudayaan yang besar
sekali gunanya bagi si pemakai. Contohnya kendaraan bermotor,
seperti sepeda motor
dan truk pengangkut.
c. Unsur-unsur kebudayaan yang mudah
disesuaikan dengan masyarakat penerima. Contohnya, penerangan
listrik menggantikan
penerangan tradisional dan telepon seluler menggantikan telepon rumah.
2) Unsur Budaya Asing yang Sulit
Diterima
a. Unsur-unsur kebudayaan yang
wujudnya abstrak, misalnya paham atau ideologi negara asing.
b. Unsur-unsur kebudayaan yang kecil
sekali gunanya bagi si pemakai, contohnya cara meminum teh.
c. Unsur-unsur kebudayaan yang sukar
disesuaikan dengan keadaan masyarakat penerima, contohnya
traktor pembajak sawah
yang sukar menggantikan fungsi bajak yang ditarik kerbau pada lahan pertanian
tertentu.
3) Unsur Budaya yang Sukar Digant
a. Unsur yang memiliki fungsi luas
dalam masyarakat. Misalnya, sistem kekerabatan yang masih berfungsi
luas dalam masyarakat
Batak.
b. Unsur-unsur yang ditanamkan pada
individu sejak kecil dalam proses pembudayaan ataupun
pemasyarakatan.
Misalnya, kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang memakan nasi akan sulit
diganti
dengan roti sebagai
makanan pokok.
4) Individu yang Cepat dan Sukar
Menerima Kebudayaan Asing
Dipandang dari sudut
umur, individu-individu yang berumur relatif muda umumnya lebih mudah menerima
unsur-unsur dari luar dibandingkan individu-individu yang berusia lanjut.
Selain itu, individu-individu yang sudah menerima kebaikan dari masyarakatnya
akan sulit menerima unsur-unsur asing.
5) Beberapa Bentuk Percampuran
Menurut para antropolog, percampuran
terjadi dalam berbagai bentuk sebagai berikut.
a. Substitusi
Unsur budaya lama diganti dengan
unsur budaya baru yang memberikan nilai lebih bagi para penggunanya. Contohnya,
para petani mengganti alat pembajak sawah oleh mesin pembajak seperti traktor.
b. Sinkretisme
Unsur-unsur budaya lama yang
berfungsi padu dengan unsur-unsur budaya yang baru sehingga membentuk sistem
baru. Perpaduan ini sering terjadi dalam sistem keagamaan, contohnya agama
Trantayana di zaman Singosari yang merupakan perpaduan antara agama Buddha dan
Hindu. Demikian juga pada tradisi keagamaan orang Jawa yang masih
memperlihatkan perpaduan antara agama Hindu dan Islam.
c. Penambahan (Addition)
Unsur budaya lama yang masih
berfungsi ditambah unsur baru sehingga memberikan nilai lebih. Contohnya, di
Kota Yogyakarta, penggunaan kendaraan bermotor melengkapi sarana transportasi
tradisional, seperti becak dan andong.
d. Penggantian (Deculturation)
Unsur budaya lama hilang karena
diganti oleh unsur baru. Contohnya, delman atau andong diganti oleh angkot atau
angkutan bermotor.
e. Originasi
Masuknya unsur budaya baru yang
sebelumnya tidak dikenal menimbulkan perubahan besar dalam kehidupan
masyarakatnya. Contohnya, proyek listrik masuk desa menimbulkan perubahan besar
dalam ke hidupan masyarakat desa. Energi listrik tidak hanya meng gantikan
lampu teplok dengan lampu listrik, tetapi juga mengubah perilaku masyarakat
desa akibat masuknya berbagai media elektronik, seperti televisi, radio, dan
film.
f. Penolakan (Rejection)
Akibat adanya proses perubahan sosial budaya yang begitu cepat menimbulkan dampak negatif berupa penolakan dari sebagian anggota masyarakat yang tidak siap dan tidak setuju terhadap proses percampuran tersebut. Salah satu contoh, masih ada sebagian orang yang menolak berobat ke dokter dan lebih percaya ke dukun.
Akibat adanya proses perubahan sosial budaya yang begitu cepat menimbulkan dampak negatif berupa penolakan dari sebagian anggota masyarakat yang tidak siap dan tidak setuju terhadap proses percampuran tersebut. Salah satu contoh, masih ada sebagian orang yang menolak berobat ke dokter dan lebih percaya ke dukun.
C. Dampak Positif dan Negatif dari
Percampuran Budaya
Masuknya budaya asing ke Indonesia
dapat menimbulkan dampak positif dan juga negatif di lingkungan masyarakat.
Percampuran Budaya Indonesia dan budaya asing memiliki sisi positif dan
negatif, manfaat dan kerugiannya masing-masing. berikut dampak positif dan negatif
dari percampuran budaya tersebut.
Dampak Negatif
- Mengikiskan budaya asli Indonesia
- Memperkikis rasa nasionalis pada generasi muda
- Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
- Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
Dampak Positif
- Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
- Adanya kemudahan untuk memperlihatkan dan memperkenalkan kebudayaan negeri kita sendiri ke luar negeri.
- Dapat menimbulkan budaya baru dari hasil percampuran budaya yang bersifat unik.
D. Argumen/Pendapat
Menurut hemat saya, Akultrasi itu
penting bagi generasi muda karena kita bisa memaksimalkan dampak positif yang
tadi sudah dijelaskan diatas. Tapi, terkadang banyak anak muda pada jaman
sekarang ini belum bisa memfilter mana yang tepat untuk diserap mana yang
tidak, sehingga terjadilah dampak negatif yang telah disampaikan diatas. Dari
fakta yang terjadi dilapangan, memang sangatlah perlu memliki pemikiran kritis
pada generasi muda saat ini guna menghindari minimal memperkecil dampak negatif
dari percampuran budaya/Akultrasi yang sekarang lebih banyak menjadi ancaman
untuk kebudayaan asli Indonesia.
http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=804314998278720884#editor/target=post;postID=6010000851430074921