Rabu, 23 Oktober 2013

percampuran budaya di masyarakat indonesia



Percampuran Budaya di Masyarakat Indonesia
         Budaya, khususnya di Indonesia memiliki keanekaragaman dan variasi yang begitu banyak. Dengan budaya yang sedemikian banyaknya, tentu memungkinkan sekali terjadinya hubungan antar budaya dalam hal ini lebih dikhususkan dari segi percampuran budaya ( Akultrasi ). 
            Percampuran budaya di Indonesia sudah terjadi dan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat saat ini karena, sifat masyarakat Indonesia pada umumnya yang sangat terbuka pada perubahan.

A.  Pengertian Budaya

        Budaya, yaitu berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Ada pula yang mendefinisikan budaya sebagai suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Dari definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Nah, dari pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa Budaya Indonesia adalah Pola pikir, ide dan gagasan yang hanya terdapat di Indonesia dan memiliki ciri khas, keunikan, keanekaragaman yang menjadikan landasan dalam berkehidupan di Indonesia.

B.  Percampuran Budaya di Masyarakat ( Akultrasi )

         Pencampuran kebudayaan merupakan pedoman kata dari istilah bahasa Inggris acculturation. Percampuran merupakan suatu perubahan besar dari suatu kebudayaan sebagai akibat adanya pengaruh dari kebudayaan asing. Menurut Koentjaraningrat, percampuran menyangkut konsep mengenai proses sosial yang timbul jika sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan
asing. Akibatnya, unsur-unsur asing lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan asli.

        Proses percampuran berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal disebabkan adanya unsur-unsur kebudayaan asing yang diserap atau diterima secara selektif dan ada unsur-unsur yang tidak diterima sehingga proses perubahan kebudayaan melalui mekanisme percampuran masih memperlihatkan adanya unsur-unsur kepribadian yang asli.

Mekanisme percampuran dapat digambarkan sebagai berikut.

1) Unsur Budaya Asing yang Mudah Diterima
a. Unsur-unsur kebudayaan yang konkret wujudnya, seperti benda-benda keperluan rumah tangga dan alat-     alat pertanian yang praktis dipakai.
b. Unsur-unsur kebudayaan yang besar sekali gunanya bagi si pemakai. Contohnya kendaraan bermotor,
    seperti sepeda motor dan truk pengangkut.
c. Unsur-unsur kebudayaan yang mudah disesuaikan dengan masyarakat penerima. Contohnya, penerangan  
    listrik menggantikan penerangan tradisional dan telepon seluler menggantikan telepon rumah.

2) Unsur Budaya Asing yang Sulit Diterima
a. Unsur-unsur kebudayaan yang wujudnya abstrak, misalnya paham atau ideologi negara asing.
b. Unsur-unsur kebudayaan yang kecil sekali gunanya bagi si pemakai, contohnya cara meminum teh.
c. Unsur-unsur kebudayaan yang sukar disesuaikan dengan keadaan masyarakat penerima, contohnya 
    traktor pembajak sawah yang sukar menggantikan fungsi bajak yang ditarik kerbau pada lahan pertanian
    tertentu.

3) Unsur Budaya yang Sukar Digant
a. Unsur yang memiliki fungsi luas dalam masyarakat. Misalnya, sistem kekerabatan yang masih berfungsi 
    luas dalam masyarakat Batak.
b. Unsur-unsur yang ditanamkan pada individu sejak kecil dalam proses pembudayaan ataupun
    pemasyarakatan. Misalnya, kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang memakan nasi akan sulit diganti 
   dengan roti sebagai makanan pokok.

4) Individu yang Cepat dan Sukar Menerima Kebudayaan Asing
    Dipandang dari sudut umur, individu-individu yang berumur relatif muda umumnya lebih mudah menerima unsur-unsur dari luar dibandingkan individu-individu yang berusia lanjut. Selain itu, individu-individu yang sudah menerima kebaikan dari masyarakatnya akan sulit menerima unsur-unsur asing.

5) Beberapa Bentuk Percampuran
Menurut para antropolog, percampuran terjadi dalam berbagai bentuk sebagai berikut.

a. Substitusi
Unsur budaya lama diganti dengan unsur budaya baru yang memberikan nilai lebih bagi para penggunanya. Contohnya, para petani mengganti alat pembajak sawah oleh mesin pembajak seperti traktor.

b. Sinkretisme
Unsur-unsur budaya lama yang berfungsi padu dengan unsur-unsur budaya yang baru sehingga membentuk sistem baru. Perpaduan ini sering terjadi dalam sistem keagamaan, contohnya agama Trantayana di zaman Singosari yang merupakan perpaduan antara agama Buddha dan Hindu. Demikian juga pada tradisi keagamaan orang Jawa yang masih memperlihatkan perpaduan antara agama Hindu dan Islam.

c. Penambahan (Addition)
Unsur budaya lama yang masih berfungsi ditambah unsur baru sehingga memberikan nilai lebih. Contohnya, di Kota Yogyakarta, penggunaan kendaraan bermotor melengkapi sarana transportasi tradisional, seperti becak dan andong.
d. Penggantian (Deculturation)
Unsur budaya lama hilang karena diganti oleh unsur baru. Contohnya, delman atau andong diganti oleh angkot atau angkutan bermotor.

e. Originasi
Masuknya unsur budaya baru yang sebelumnya tidak dikenal menimbulkan perubahan besar dalam kehidupan masyarakatnya. Contohnya, proyek listrik masuk desa menimbulkan perubahan besar dalam ke hidupan masyarakat desa. Energi listrik tidak hanya meng gantikan lampu teplok dengan lampu listrik, tetapi juga mengubah perilaku masyarakat desa akibat masuknya berbagai media elektronik, seperti televisi, radio, dan film.

f. Penolakan (Rejection)
Akibat adanya proses perubahan sosial budaya yang begitu cepat menimbulkan dampak negatif berupa penolakan dari sebagian anggota masyarakat yang tidak siap dan tidak setuju terhadap proses percampuran tersebut. Salah satu contoh, masih ada sebagian orang yang menolak berobat ke dokter dan lebih percaya ke dukun.

C. Dampak Positif dan Negatif dari Percampuran Budaya

Masuknya budaya asing ke Indonesia dapat menimbulkan dampak positif dan juga negatif di lingkungan masyarakat. Percampuran Budaya Indonesia dan budaya asing memiliki sisi positif dan negatif, manfaat dan kerugiannya masing-masing. berikut dampak positif dan negatif dari percampuran budaya tersebut.

Dampak Negatif
  • Mengikiskan budaya asli Indonesia
  • Memperkikis rasa nasionalis pada generasi muda
  • Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
  • Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
Dampak Positif
  • Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
  • Adanya kemudahan untuk memperlihatkan dan memperkenalkan kebudayaan negeri kita sendiri ke luar negeri.
  • Dapat menimbulkan budaya baru dari hasil percampuran budaya yang bersifat unik.
D. Argumen/Pendapat
Menurut hemat saya, Akultrasi itu penting bagi generasi muda karena kita bisa memaksimalkan dampak positif yang tadi sudah dijelaskan diatas. Tapi, terkadang banyak anak muda pada jaman sekarang ini belum bisa memfilter mana yang tepat untuk diserap mana yang tidak, sehingga terjadilah dampak negatif yang telah disampaikan diatas. Dari fakta yang terjadi dilapangan, memang sangatlah perlu memliki pemikiran kritis pada generasi muda saat ini guna menghindari minimal memperkecil dampak negatif dari percampuran budaya/Akultrasi yang sekarang lebih banyak menjadi ancaman untuk kebudayaan asli Indonesia.
 http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=804314998278720884#editor/target=post;postID=6010000851430074921

Tidak ada komentar:

Posting Komentar