Senin, 24 November 2014

TUGAS KE3 arsitektur dan lingkungan, bangunan ekologis, kawasan banguan ekologis, kota yang berbasis ekologis



Bangunan ekoligi
Arsitektur ekologis merupakan pembangunan berwawasan lingkungan, dimana memanfaatkan potensi alam semaksimal mungkin. Infolingkungan
Kualitas arsitektur biasanya sulit diukur, garis batas antara arsitektur yang bermutu dan yang tidak bermutu. Kualitas arsitektur biasanya hanya memperhatikan bentuk bangunan dan konstruksinya, tetapi mengabaikan yang dirasakan sipengguna dan kualitas hidupnya. Apakah pengguna suatu bangunan merasa tertarik.
Pola Perencanaan Eko-Arsitektur selalu memnfaatkan alam sebagai berikut :
·         Dinding, atap sebuah gedung sesuai dengan tugasnya, harus melidungi sinar panas, angin dan hujan.
·         Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan yang digunakan saat pembangunan harus seminal mungkin.
·         Bangunan sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-Barat dengan bagian Utara-Selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan
·         Dinding suatu bangunan harus dapat memberi perlindungan terhadap panas. Daya serap panas dan tebalnya dinding sesuai dengan kebutuhan iklim/ suhu ruang di dalamnya. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa menghemat banyak energi.
Cara membangun yang menghemat energi dan bahan baku 1. Perhatian pada iklim setempat Penggunaan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim Pembangunan yang menghemat energi Orientasi terhadap sinar matahari dan angin Penyesuain pada perubahan suhu siang-malam
2. Subsitusi sumber energi yang tidak dapat diperbaharui Meminimalisasi penggunaan energi untuk alat pendingin Menghemat sumber energi yang tidak dapat diperbaharui Optimalisasi penggunaan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui saha memajukan penggunaan energi alternatif Penggunaan energi surya
3. Penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan dan yang menghemat energi Memilih bahan bahan bangunan menurut penggunaan energi Menghemat sumber bahan mentah yang tidak dapat diperbaharui Minimalisasi penggunaan sumber bahan yang tidak dapat diperbaharui Upaya memajukan penggunaan energi alternatif Penggunaan kembali sisa-sisa bangunan (limbah)Optimalisasi bahan bangunan yang dapat dibudidayakan
4. Pembentukan peredaran yang utuh di antara peneyediaan dan pembuangan bahan bangunan, energi, dan air Gas kotor, air limbah, sampah, dihindari sejauh mungkin Menghemat sumberdaya alam (Udara, air, dan tanah)Perhatian pada bahan mentah dan sampah yang tercemar erhatian pada peredaran air bersih dan limbah air
5. Penggunaan teknologi tepat guna yang manusiawi Memanfaatkan/ mengguanakan bahan bangunan bekas pakai. Menghemat hasil produk bahan bangunan.Mudah dirawat dan dipelihara Produksi yang sesuai dengan pertukangan hipotesis Gaia
Yang paling berpengaruh dasar perencanaan arsitektur masa depan adalah Hipotesis Gaia sebagai berikut : Kehidupan bukan menciptakan lingkungan menurut kebutuhannya, dan kehidupan bukan faktor penentu, melainkan sistem keseluruhan termasuk lingkungan dan kehidupan,
Hipotesis ini kemudian dibuktikan karena organisme-organisme dan lingkungan fisik kimia dalam evolusinya yang berhubungan erat sehingga bumi papat dianggap sebagai machluk hidup, sebagai organik yang mengatur suhu, iklim dan susunan kimia. Perencanaan benda apapun yang dihasilkan melalui kecerdasan manusia adalah bagian mikrokosmos. Cara kehidupan manusia sangat erat kaitannya dengan kehidupan machluk-machluk lainnya. Kerusakan bumi yang dikaibatkan oleh manusia di muka bumi ini akan menyakiti bumi sebgai Gaia dan akan menghancurkan dasar kehidupan manusia. Pencahayaan dan Warna
Pencahayaan dan pembayangan akan memengaruhi orientasi dalam ruang. Bagian ruang yang tersinari dan yang dalam keadaan gelap akan menentukan nilai psikis yang berhubungan dengan ruang, Cahaya matahari memberi kesan vital dalam ruang, terutama jika cahaya matahari masuk dari jendela yang orientasinya terhadap mata angin. Perpaduan antara cahaya, warna dan bayangan dapat menciptakan suasana yang mendukung kehidupan lewat kelenjar hormon, epiphisis dan hipothalamus yang semuanya terdapat simultan dari cahaya.
Di alam pencahayaan selalu berasal dari atas yaitu matahari. Pencahayaan mata hari di daerah tropis mengandung gejala sampingan dengan sinar panas, maka daerah tropis manusia menganggap ruang yang agak gelap sebagai kesejukan, akan tetapi untuk ruang kerja ketentuan tersebut melawan kebutuhan cahaya untuk mata manusia.
Berhubung pencahayaan buatan dengan bola lampu dan sebagainya mempegaruhi kesehatan manusia, maka dibutuhkan pencahayaan alam yang terang tanpa silau dan tanpa sinar panas. Untuk memenuhi tuntutan yang berlawanan ini maka sebaiknya sinar matahari tidak diterima langsung secara langsung melainkan dipantulkan terlebih dahulu ke dalam air kolam, lantai atau lewat langit-langit bangunan. Pencahayaan alam mengandung efek penyembuhan dan meningkatkan kretivitas manusia.
Kenyamanan dan kretivitas dapat juga dipengaruhi oleh warna. Oleh sebab itu warna adalah salah satu cara untuk memengaruhi ciri khas suatu ruang atau gedung. Badan manusia bereaksi sangat sensitif terhadap rangsangan dari masing-masing warna.Setiap warna memiliki frequensi tertentu, maka pengaruhnya atas badan manusia menjadi berbeda pula.
·         Warna ungu indigo memiliki frequensi tertinggi yaitu 750 Thz
·         Warna biru memiliki frequensi tertinggi yaitu 670 Thz
·         Warna hijau memiliki frequensi tertinggi yaitu 600 Thz
·         Warna kuning memiliki frequensi tertinggi yaitu 550 Thz
·         Warna oranye memiliki frequensi tertinggi yaitu 500 Thz
·         Warna merah memiliki frequensi tertinggi yaitu 430 Thz
Masing-masing warna memiliki ciri khusus yaitu sifat warna, sifat cahaya dan kejenuhan (intensitas sifat warna). Makin jenuh atau kurang bercahaya suatu warna akan makin bergairah, sebaliknya hawa nafsu dapat ditingkatkan dengan penambahan cahaya.
Alat vital manusia juga memiliki warna : Jantung (hijau) ; solarplexus (kuning); lambung (orange); ari-ari (merah); pangkal tenggorok (biru mudah); kemaluan (indigo); ujung atas kepala (ungu). Warna juga memiliki arti antara lain :
·         Warna kuning artinya penolak rasa mengantuk
·         Warna biru artinya penolak rasa sakit/ penyakit
·         Warna Hitam artinya penolak rasa lapar
·         Warna Hijau artinya penolak rasa angkara murka (marah)
·         Warna putih artinya penolak rasa birahi.
·         Warna orange artinya penolak rasa takut
·         Warna merah artinya penolak rasa tenteram
·         Warna ungu artinya penolak rasa jahat.
Pada praktek sehari-hari warna juga dapat dimanfaatkan untuk mengubah atau memperbaiki proporsi ruang secara visual demi peningaktan kenyamanan.
·         Langit-langit rumah yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan memberi warna hangat dan agak gelap.
·         Warna aktif seperti merah, orange pada bidang yang luas memberi kesan memperkecil ruang.
·         Ruang yang agak sempit panjang dapat berkesan pendek dengan memberi warna hangat pada dinding bagian muka, sedang untuk berkesan luas diberi warna dingin seperti warna putih.
·         Dinding tidak seharusnya dari lantai diberi warna yang sama, jika dinding bergaris horizontal ruang berkesan terlindung, sedang vertikal berkesan lebih tinggi.
Sebagai suatu kesimpulan dapat ditentukan bahwa keseragaman yang menoton adalah racun keindahan/ kenyamanan.
EKOLOGI ARSITEKTUR
Definisi Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari antara organisme dengan suatu lingkungan dan lainnya.
Ekologi berasal dari bahasa yunani yang berarti “oikos” (Habitat) dan “Logos (Ilmu).
Ekologi juga dapat diartikan sebagai Ilmu yang mempelajari interaksi antar makhluk hidup ataupun makhluk hidup dengan lingkungannya berada.
Di daalam ekologi, makhluk hidup juga dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 – 1914).
Ekologi dan Arsitektur
Arsitektur dan ekologis sangat erat sebagaimana memanfaatkan potensi alam sebaik mungkin guna menciptakan desain go green.
berikut keterikatan antara pola perencanaan Arsitektur dengan ekologis :
1. Dinding. Dinding suatu bangunan harus melindungi dari panas di luar, guna dinding yaitu untuk menyerap panas agar tidak masuk ke dalam rumah hunian. dan bangunan yang menyerap udara alami dengan udara segar dapat menghemat energi.
2. Atap. Fungsi atap disini sangat vital. karena atap menyerap sinar matahari langsung agar tidak masuk ke dalam rumah. begitupun Hujan,angin, dan lain-lain.
3. Bangunan sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-Barat dengan bagian Utara-Selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan dan Intensitas cahaya yang baik menghasilkan energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan yang digunakan saat pembangunan harus seminal mungkin.
Tujuan Bangunan yang berwawasan Lingkungan
Memberikan pendidikan dan contoh bahwa bangunan itu didirikan dengan pertimbangan – pertimbangan yang berpihak kepada lingkungan, baik itu lokasi tapak bangunan, arah bangunan,material bangunan, konsep bentuk bangunan itu sendiri,serta energy yang akan di gunakan sebagai penunjang, ada beberapa tujuan prioritas dalam mendirikan bangunan yang berwawasan ekologi
1. Sebagai contoh atau panutan bagi masyarakat secara umum bahwa betapa pentingnya kita melakukan studi lingkungan terlebih dahulu sebelum bangunan didirikan
2. Memberikan arahan ke pada masyarakat tentang wujud serta bentuk bangunan yang sesuai dengan lingkungan serta budaya sekitar
3. memberikan contoh bagaimana perletakan tapak bangunan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan pengaruh yang negative terhadap lingkungan
4. Mengikutsertakan masyarakat dalam proses pembangunan, sehingga masyarakat dapat belajar, dan terciptanya peningkatan ekonomi local
5. memberikan contoh yang benar terhadap pengelolaan serta perawatan bangunan ekologi, baik itu fisik bangunannya, pengelolaan limbahnya,pengelolaan sumber kebutuhan serta energy sehari – hari, pengelolaan vegetasinya, dan yang terpenting adalah prilaku manusianya
6. memberikan kontribusi terhadap lingkungan sekitar untuk merawat sumber – sumber material local,dan mengajak masyrakat untuk dapat memahami bersama bagaiman cara merawat, menggunakan serta mamanfaatkan sumber – sumber material local itu sendiri
Berikut masalah utama yang biasa dihadapi manusia dengan lingkungan
1. Teknologi makin canggih :
Hal ini biasanya menyebabkan kerusakan dalam bentuk polusi yang sangat sulit diuraikan oleh tanah. Walaupun tujuannya membantu kehidupan manusia, jika hal ini tidak ditanggulangi maka akan sangat berdampak buruk bagi hari2 ke depan umat manusia.
2. Penurunan kualitas lingkungan :
Karena eksploitasi yang kita lakukan banyak lingkungan2 mengalami penurunan kualitas. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat kesuburan tanah, kebersihan air, dll.
3. Jumlah penduduk makin bertambah :
Hal ini menyebabkan kerugian paling besar. Jumlah manusia semakin bertambah dari hari ke hari, sedang lingkungan semakin berkurang karena semakin banyaknya tempat yang dibutuhkan oleh manusia.
4. Peningkatan kualitas hidup :
Keberhasilan ekonomi, kemajuan teknologi, pemanfaatan sumber daya yang semena2 membuat kita terus merusak alam, dan terakhir.
5. Penurunan kualitas lingkungan :
Karena eksploitasi yang kita lakukan banyak lingkungan2 mengalami penurunan kualitas. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat kesuburan tanah, kebersihan air, dll.

KAWASAN BINAAN EKOLOGIS

DEFINISI KOTA EKOLOGIS
Secara umum, Kota adalah tempat bermukim warga kota yang memiliki batas administrasi wilayah, kota juga berarti suatu lingkungan perkotaan yang mempunyai ciri non-agraris, kota merupakan tempat bekerja dalam bidang ekonomi, pemerintahan dan lain-lain.
Seorang biologist dari Jerman (1869 M) Ernest Haeckel untuk pertama kalinya memperkenalkan istilah ekologi. Arti harfiahnya adalah oikos = rumah atau tempat tinggal/habitat, dan logos = telaah , studi ataupun kajian. Secara umum ekologi dapat diartikan sebagai studi tentang interaksi antara individu/kelompok mahluk hidup dengan lingkungannya.
PRINSIP – PRINSIP KOTA EKOLOGIS
1.      Mengembalikan lingkungan yang mengalami degradasi
·         Membangun kota dengan konsep taman
·         Menetapkan koridor hijau di kawasan pedesaan dan perkotaan
·         Meningkatkan kegiatan pedesaan untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan
2. Membangun kembali ”bioregion”
·         Membangunan bangunan yang tanggap terhadap iklim
·         Menggunakan sumber material bangunan lokal
3.Menyeimbangkan Pembangunan
·         Membangun bangunan yang low energy dengan material yang mendukung
·         Melindungi keanekaragaman ekologis
·         Menghargai tempat hidup manusia dalam lingkungan
4.Mencegah Urban Sprawl
·         Membatasi perluasan pembangunan baru
·         Mengkonsolidasi kawasan kota yang ada dengan mengupayakan penggunaan terbaik pada sumber daya
·         Mempertahankan kota agar tetap hidup, dan sebagai tempat yang enak ditinggali
·         Menciptakan jaringan transportasi yang efisien
5. Mengoptimalkan dayaguna energi
·         Penggunaan energi yang dapat diperbaharui seperti angin, matahari
·         Penerapan ventilasi dan insulasi pada bangunan untuk mengoptimalkan cahaya matahari
·         Mengurangi konsumsi energi melalui desain yang tanggap pada iklim, penggunaan low energy alternatif
·         Menggunakan material produksi lokal
6. Berperan terhadap ekonomi
·         Industri yang berkelanjutan
·         Mengembangkan teknologi yang berbasis lingkungan
·         Penggunaan teknologi informasi yang tepat
7.Menyediakan kesehatan dan keamanan
·         Mengurangi polusi dan meningkatkan kualitas lingkungan
·         Pengumpulan, daur ulang dan penggunaan kembali limbah padat
·         Penyediaan dan sanitasi air
·         Lingkungan yang tidak beracun dan non-alergi
8. Mendorong masyarakat
·         Melibatkan masyarakat dalam pembangunan kota
·         Meningkatkan peran serta masyarakat dalam administrasi publik dan manajemen
·         Mewujudkan pembangunan melalui proses yang melibatkan seluruh masyarakat agar dapat menyumbang hasil yang diharapkan.
9. Mempertimbangkan keadilan sosial
·         Keadilan dalam mengakses terhadap layanan, fasilitas dan informasi
·         Pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja
·         Melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam proses pembangunan
·         Menyediakan perumahan yang terjangkau
10.Menghormati sejarah
·         Mengembalikan monumen dan landmark lokal
·         Menghargai perbedaan budaya
·         Menghormati sejarah habitat pribumi
11.Memberdayakan cultural landscape
·         Perbedaan kelompok budaya, pesta rakyat
·         Adanya festival seni dan budaya
·         Bentuk seni multikultural
·         Jaringan komunitas seni dan kerajinan
12. Memperbaiki biosfer
·         Proyek kerjasama restorasi lahan untuk pengembangan baru
·         Memperbaiki, mengisi dan meningkatkan udara, air, lahan, energi, biomass, makanan, keanekaragaman, habitat , ecolinks, mendaur ulang limbah.
KONSEP DAN VISI KOTA EKOLOGIS
Sumbangan pemikiran terhadap konsep kota yang berwawasan lingkungan memberikan pengertian yang luas. Pemahaman yang sinonim dengan konsep kota yang berkelanjutan, melahirkan istilah kota ekologis serta istilah lain yang dikenal dengan kota hijau dan kota organik. Selanjutnya menurut Hill (1992) bahwa kota seharusnya didorong untuk mendukung kebutuhan manusia secara organik dan pemenuhan diri secara terus menerus sampai mencapai tingkatan yang tertinggi, dimana lingkungan yang dibangun mendukung dan menegaskan secara positif mengenai pembangunan manusia dan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Melibatkan alam dalam membangun kota, seperti yang diusulkan Ebenezer Howard (1898) menjadi landmark dalam perencanaan kota, kemudian konsep tersebut dikenal dengan konsep kota taman. Howard dengan konsepnya tersebut memandang bahwa kota dengan skala yang besar tidak akan memberikan tempat yang cocok untuk tinggal, dimana ia mengindikasikan kota yang besar sebagai bentuk rencana yang tidak ideal, lingkungan yang tidak sehat sehingga kota tersebut akan mati. Kota taman yang dimaksudkan Howard, memiliki batasan-batasan dimana ia menyarankan jumlah penduduk sebanyak 32.000 jiwa dalam lahan seluas kurang lebih 405 ha (4.050.000 m²) dan lahan tersebut dilingkupi oleh lingkungan hijau yang luas.
Sementara Pattrick Geddes (1915) percaya bahwa perencanaan kota didasarkan pada pengetahuan tentang alam dan sumber daya suatu wilayah. Misalnya secara khusus ia memandang kawasan lembah sungai sebagai unit alami untuk menguji berbagai aktivitas yang berbeda terkait dengan kota. Dan juga Geddes sudah meramalkan adanya pengaruh yang penting tentang perkembangan kota yang terdesak oleh teknologi dan mode transportasi. Ramalan tersebut ada benarnya, seperti halnya yang terjadi saat ini. Lebih lanjut menurutnya bahwa dengan adanya perembetan kota tersebut maka menyebabkan penggunaan sumber daya dan enegi menjadi tidak teratur dan menjauhkan diri manusia dari alam. Dengan demikian hal ini akan sangat penting untuk membawa kembali alam ke dalam kota.
Berbeda dengan Howard yang kurang menerima kota dengan skala besar karena dianggap tidak ideal, maka Alexander (1967, 1969) berpendapat bahwa kota besar bisa ditentukan melalui pusat-pusat kota yang saling berhubungan dan mendukung kota serta pertumbuhannya berdasarkan perkembangan organik pada tingkat distrik dalam suatu kota.
Sejalan dengan pendapat Howard dan Geddes, Lewis Mumford (1961) menggabungkan konsep tersebut dengan menyertakan elemen ikatan sosial untuk menciptakan hubungan yang langsung antara kawasan ekologis dengan wilayah perkembangan kota. Usulan Mumford melibatkan konsep baru tentang kota taman, pembangunan kota yang desentralistik, dan lokasi yang terletak di kawasan lembah sungai (Hill, 1992). Lebih detail mengenai konsep kota ekologis, Ian McHarg(1969) menunjukkan tema ‘desain dengan alam’, sama halnya dengan Geddes, ia mendukung adanya pengujian terhadap kondisi alam suatu kawasan sebelum mengajukan pembangunan suatu kota. Hal yang berbeda dengan Howard, Mumford dan Alexander adalah bahwa McHarg memiliki perhatian yang kecil pada interaksi manusia, perkembangan distrik, hirarki wilayah dan prinsip umum tentang bentuk kota, dimana lingkungan alami dirubah berdasarkan produk rencana yang disiapkan yaitu berupa blueprint.
Implikasi dari pendekatan-pendekatan yang disampaikan Howard, Geddes, Mumford dan McHarg, adalah menghindari pembangunan kawasan yang tidak terbangun. Secara khusus, hal ini menekankan pada kebutuhan terhadap rencana pengembangan kota dan kota-kota baru yang memperhatikan kondisi ekologis lokal serta bertujuan untuk meminimalkan dampak yang merugikan dari pengembangan kota. Selanjutnya juga memastikan pengembangan kota yang dengan sendirinya menciptakan aset alami lokal.
Sinergi dengan pendekatan-pendekatan tersebut dimana substansinya secara jelas menerangkan konsep kota alami untuk menuju kota yang berwawasan lingkungan (ekologis). Konsep-konsep tersebut tercermin dalam perumusan visi tentang kota ekologis dimana hal tersebut digambarkan dengan beberapa visi yang mendukung eksistensi dan tujuan kota ekologis. Visi tentang kota ekologis yang dimaksud adalah menciptakan kota yang selaras, serasi dengan alam dan lingkungannya. Dimana pandangan-pandangan yang berkembang sesuai dengan visi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
·         Perencanaan perumahan yang diadaptasikan dengan alam dan mempertimbangkan faktor-faktor biologis
·         Keseimbangan ruang-ruang kota dan desa tanpa saling bertentangan
·         Perencanaan area bangunan dan perumahan yang selaras dengan iklim
·         Upaya desentralisasi terhadap sistem penyediaan energi yang selaras dengan sistem kehidupan
·         Pertanian yang tersebar mengikuti kontur alami dari lahan
·         Pola jalan-jalan yang menyesuaikan dengan kondisi lahan
·         Perlindungan suatu lahan untuk memelihara evolusi alami
·         Sungai penyangga yang menjaga kemampuan alami untuk recovery dan self-regulation
·         Perlindungan permukaan lahan melalui rencana transportasi yang cocok
·         Desain yang menyatu dengan sejarah dan karakteristik lokal
·         Variasi desain yang fleksibel menyatu dengan pengalaman penghuni
·         Komunitas yang koopratif dan hubungan yang baik
·         Desain yang memelihara lansekap alami
·         Zoning dan gaya bangunan yang beradaptasi dengan iklim
·         Preservasi pusat kota
·         Desain ruang untuk pedestrian/jalan yang tidak menutup secara total dari permukaan lahan
·         Ruang-ruang mix-used untuk tempat tinggal, bekerja dan kegiatan lainnya
·         Menciptakan ruang kehidupan untuk manusia, binatang dan tumbuhan
·         Kota sebagai ekosistem dari elemen-elemen yang menyatu
·         Kota merupakan gambaran kehidupan
Dengan demikian secara praktis kota ekologis merupakan kota yang mengurangi beban dan tekanan lingkungan, meningkatkan kondisi tempat tinggal dan membantu mencapai pembangunan berkelanjutan termasuk peningkatan kota yang komprehensif. Kota ekologis melibatkan perencanaan dan manajemen lahan dan sumberdaya serta implementasi peningkatan lingkungan secara terukur.

KOTA BERBASIS EKOLOGI ENERGI HIJAU

Faktor terpenting dalam permasalahan lingkungan sebuah kota adalah besarnya populasi manusia atau kecepatan laju pertambahan penduduk, sebab dengan tingkat pertambahan penduduk yang tinggi, kebutuhan pangan dan bahan bakar industri serta transportasi akan meningkat, yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan kota. Strategi yang diperlukan dalam pembangunan kota hemat energi adalah efisiensi, intensifikasi, konservasi, revitalisasi di dalam upaya menyelaraskan pembangunan kembali kota (sustainable urban redevelopment movement). Beberapa klaim bahwa kota berbasis energi akan mengurangi ketergantungan pada mobil pribadi, perlindungan pada daerah pori-pori dan daerah hijau, akses yang lebih baik kepada fasilitas dan layanan kota dengan lokasi hunian yang berbasis ekologi.
ENERGI HIJAU
Sumber daya geologi yang dimanfaatkan sebagai penghasil energi sebuah kota, terbentuk di alam baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu dengan memanfaatkan kemampuan sumber daya manusia dalam menciptakan teknologi agar dapat dirubah dan dikonversikan menjadi energi kehidupan. Energi diperlukan bagi setiap kota dan makhluk di bumi karena memiliki kemampuan melakukan usaha atau kerja. Sumber daya geologi yang dapat digunakan sebagai energi yaitu minyak bumi, gas alam, batubara, panas bumi, air, mineral radioaktif, angin, gelombang air laut, dan radiasi matahari
Yang perlu diperhatikan dalam pembangunan dan perencanaan kota inti, satelit dan suburban yang berbasis energi hijau adalah pencemaran udara, ada 9 jenis bahan pencemaran udara dari bahan bakar energi yang dianggap penting, tiga diantaranya sangat dominan dan banyak dilepaskan pada saat pembakaran bahan bakar fosil, yaitu : kelompok Oksida carbon yang terdiri dari atas carbon monoksida [CO] dan karbon dioksida [CO], kelompok Oksida sulfur yang terdiri atas sulfur dioksida [S] dan sulfur trioksida [SO] serta kelompok Oksida nitrogen yang terdiri atas nitrogen oksida [NO], dan dinitrogen oksida [N2O].
Energi hijau diperlukan dalam upaya menekan laju CO2 di udara, Energi hijau adalah energi bersih, ramah terhadap lingkungan, polutannya tidak menambah beban lingkungan biosfer dan geosfer. Energi ini bisa berasal dari air, hydrotermal, hydropower, geothermal, angin, matahari, sampah, biomassa, biofuel, hingga pemanfaatan gelombang panas matahari dan air laut. Terbatasnya sumber energi fosil yang menyebabkan perlunya pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi hijau [non-fosil] yang berasal dari alam dan dapat diperbaharui.
Dengan penggunaan energi hijau merupakan bagian dari konsep kota hemat energi juga merupakan salah satu konsep perencanaan kota hunian yang humanis, harus terintegrasi dengan stasiun transportasi dan prasarana fasilitas publik agar dapat mencapai kota ramah lingkungan.
EKOLOGI HIJAU
Proses pemanasan bumi yang menimbulkan perubahan iklim telah memberikan ancaman kehancuran bumi yang sebenarnya, ancaman itu berasal dari konsentrasi yang makin bertambah dari karbon dioksida (CO2) dan gas rumah kaca. Bahaya besar yang mengancam umat manusia dan biosfer adalah pertambahan panas yang dipompa kedalam lingkungan lebih cepat dari yang dapat dipancarkan kembali ke ruang angkasa, semakin tinggi peningkatan temperatur bumi semakin besar perubahan karakteristik permukaan bumi yaitu lapisan es kutub akan menyusut, kekeringan dan penenggelaman beberapa pulau, dan sangat membahayakan bagi Pulau-pulau kecil di Indonesia.
Pada tingkatan global, kota-kota yang ada dan tumbuh berkembang sekarang, hampir semua indikator itu bersifat negatif, karena tidak berbasis energi hijau dengan pola arsitekstur tata ruang hijau berupa penataan lingkungan eko-geologi dan green construction sehingga akan ada dampak. Sebagai contoh, misalnya sekitar 20 hingga 30 persen spesies tumbuh-tumbuhan dan hewan berisiko punah di Indonesia jika temperatur meningkat lagi naik 2,7 derajat Fahrenheit atau setara 1,5 derajat Celcius. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena wilayah Indonesia menyimpan potensi aneka hayati dan flora sebagai keseimbangan utama paru-paru bumi di dunia.
Krisis ekologi perlu dimasukkan sebagai faktor utama dalam pembangunan kota yang berbasis hijau dengan mengutamakan semua lingkungan tata ruang harus terdapat dan berbasis ekologi hijau berupa taman kompleks perumahan, halaman rumah yang hijau, taman paru-paru kota, taman/koridor jalan, taman evakuasi, taman sanggahan bencana, taman pertanian dan kehutanan abadi serta taman tata ruang air berkelanjutan. Dengan konsep berbasis ekologi energi hijau disetiap wilayah kota yang berbentuk kota Suburban maupun sebagai rangkaian kota Satelit akan memberikan efek pengurangan energi ke lingkungan berupa penekanan pemakaian kendaraan pribadi, mendorong penduduk untuk naik sepeda, berjalan kaki, mengurangi pemakaian pendingin buatan seperti AC, rumah tanpa AC. Membatasi penggunaan AC mobil pribadi.
Pembangunan tata ruang ekologi harus juga mempertimbangkan pembangunan hunian vertikal maupun horizontal sebagai sarana kebutuhan sosial ekonomi terutama konsep fungsi lahan campur yaitu mendekatkan lahan fungsi hunian dengan fasilitas pelayanan umum dengan jarak tempuh yang hemat waktu yang memungkinkan kendaraan non motorisasi seperti berjalan kaki, bersepeda dengan tatanan ruang hijau yang menyejukan serta dimudahkan dengan sarana transportasi misalnya stasiun yang bersistem transit dengan lokasi layanan fasilitas publik agar dapat mereduksi mobilitas kendaraan dan mereduksi dana transportasi.