Bangunan ekoligi
Arsitektur ekologis merupakan pembangunan berwawasan lingkungan, dimana
memanfaatkan potensi alam semaksimal mungkin. Infolingkungan
Kualitas arsitektur biasanya sulit diukur, garis batas
antara arsitektur yang bermutu dan yang tidak bermutu. Kualitas arsitektur
biasanya hanya memperhatikan bentuk bangunan dan konstruksinya, tetapi
mengabaikan yang dirasakan sipengguna dan kualitas hidupnya. Apakah pengguna
suatu bangunan merasa tertarik.
Pola Perencanaan Eko-Arsitektur selalu memnfaatkan alam
sebagai berikut :
·
Dinding,
atap sebuah gedung sesuai dengan tugasnya, harus melidungi sinar panas, angin
dan hujan.
·
Intensitas
energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan yang digunakan saat
pembangunan harus seminal mungkin.
·
Bangunan
sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-Barat dengan bagian
Utara-Selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan
·
Dinding
suatu bangunan harus dapat memberi perlindungan terhadap panas. Daya serap
panas dan tebalnya dinding sesuai dengan kebutuhan iklim/ suhu ruang di
dalamnya. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa
menghemat banyak energi.
Cara membangun yang menghemat energi dan bahan baku 1.
Perhatian pada iklim setempat Penggunaan tumbuhan dan air sebagai pengatur
iklim Pembangunan yang menghemat energi Orientasi terhadap sinar matahari dan
angin Penyesuain pada perubahan suhu siang-malam
2. Subsitusi sumber energi yang tidak dapat diperbaharui
Meminimalisasi penggunaan energi untuk alat pendingin Menghemat sumber energi
yang tidak dapat diperbaharui Optimalisasi penggunaan sumber energi yang tidak
dapat diperbaharui saha memajukan penggunaan energi alternatif Penggunaan
energi surya
3. Penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan dan
yang menghemat energi Memilih bahan bahan bangunan menurut penggunaan energi
Menghemat sumber bahan mentah yang tidak dapat diperbaharui Minimalisasi
penggunaan sumber bahan yang tidak dapat diperbaharui Upaya memajukan
penggunaan energi alternatif Penggunaan kembali sisa-sisa bangunan (limbah)Optimalisasi
bahan bangunan yang dapat dibudidayakan
4. Pembentukan peredaran yang utuh di antara peneyediaan dan
pembuangan bahan bangunan, energi, dan air Gas kotor, air limbah, sampah,
dihindari sejauh mungkin Menghemat sumberdaya alam (Udara, air, dan tanah)Perhatian
pada bahan mentah dan sampah yang tercemar erhatian pada peredaran air bersih
dan limbah air
5. Penggunaan teknologi tepat guna yang manusiawi
Memanfaatkan/ mengguanakan bahan bangunan bekas pakai. Menghemat hasil produk
bahan bangunan.Mudah dirawat dan dipelihara Produksi yang sesuai dengan
pertukangan hipotesis Gaia
Yang paling berpengaruh dasar perencanaan arsitektur masa
depan adalah Hipotesis Gaia sebagai berikut : Kehidupan bukan menciptakan
lingkungan menurut kebutuhannya, dan kehidupan bukan faktor penentu, melainkan
sistem keseluruhan termasuk lingkungan dan kehidupan,
Hipotesis ini kemudian dibuktikan karena organisme-organisme
dan lingkungan fisik kimia dalam evolusinya yang berhubungan erat sehingga bumi
papat dianggap sebagai machluk hidup, sebagai organik yang mengatur suhu, iklim
dan susunan kimia. Perencanaan benda apapun yang dihasilkan melalui kecerdasan
manusia adalah bagian mikrokosmos. Cara kehidupan manusia sangat erat kaitannya
dengan kehidupan machluk-machluk lainnya. Kerusakan bumi yang dikaibatkan oleh
manusia di muka bumi ini akan menyakiti bumi sebgai Gaia dan akan menghancurkan
dasar kehidupan manusia. Pencahayaan dan Warna
Pencahayaan dan pembayangan akan memengaruhi orientasi dalam
ruang. Bagian ruang yang tersinari dan yang dalam keadaan gelap akan menentukan
nilai psikis yang berhubungan dengan ruang, Cahaya matahari memberi kesan vital
dalam ruang, terutama jika cahaya matahari masuk dari jendela yang orientasinya
terhadap mata angin. Perpaduan antara cahaya, warna dan bayangan dapat
menciptakan suasana yang mendukung kehidupan lewat kelenjar hormon, epiphisis
dan hipothalamus yang semuanya terdapat simultan dari cahaya.
Di alam pencahayaan selalu berasal dari atas yaitu matahari.
Pencahayaan mata hari di daerah tropis mengandung gejala sampingan dengan sinar
panas, maka daerah tropis manusia menganggap ruang yang agak gelap sebagai
kesejukan, akan tetapi untuk ruang kerja ketentuan tersebut melawan kebutuhan
cahaya untuk mata manusia.
Berhubung pencahayaan buatan dengan bola lampu dan
sebagainya mempegaruhi kesehatan manusia, maka dibutuhkan pencahayaan alam yang
terang tanpa silau dan tanpa sinar panas. Untuk memenuhi tuntutan yang
berlawanan ini maka sebaiknya sinar matahari tidak diterima langsung secara
langsung melainkan dipantulkan terlebih dahulu ke dalam air kolam, lantai atau
lewat langit-langit bangunan. Pencahayaan alam mengandung efek penyembuhan dan
meningkatkan kretivitas manusia.
Kenyamanan dan kretivitas dapat juga dipengaruhi oleh warna.
Oleh sebab itu warna adalah salah satu cara untuk memengaruhi ciri khas suatu
ruang atau gedung. Badan manusia bereaksi sangat sensitif terhadap rangsangan
dari masing-masing warna.Setiap warna memiliki frequensi tertentu, maka
pengaruhnya atas badan manusia menjadi berbeda pula.
·
Warna
ungu indigo memiliki frequensi tertinggi yaitu 750 Thz
·
Warna
biru memiliki frequensi tertinggi yaitu 670 Thz
·
Warna
hijau memiliki frequensi tertinggi yaitu 600 Thz
·
Warna
kuning memiliki frequensi tertinggi yaitu 550 Thz
·
Warna
oranye memiliki frequensi tertinggi yaitu 500 Thz
·
Warna
merah memiliki frequensi tertinggi yaitu 430 Thz
Masing-masing warna memiliki ciri khusus yaitu sifat warna,
sifat cahaya dan kejenuhan (intensitas sifat warna). Makin jenuh atau kurang
bercahaya suatu warna akan makin bergairah, sebaliknya hawa nafsu dapat
ditingkatkan dengan penambahan cahaya.
Alat vital manusia juga memiliki warna : Jantung
(hijau) ; solarplexus (kuning); lambung (orange); ari-ari (merah); pangkal
tenggorok (biru mudah); kemaluan (indigo); ujung atas kepala (ungu). Warna juga
memiliki arti antara lain :
·
Warna
kuning artinya penolak rasa mengantuk
·
Warna
biru artinya penolak rasa sakit/ penyakit
·
Warna
Hitam artinya penolak rasa lapar
·
Warna
Hijau artinya penolak rasa angkara murka (marah)
·
Warna
putih artinya penolak rasa birahi.
·
Warna
orange artinya penolak rasa takut
·
Warna
merah artinya penolak rasa tenteram
·
Warna
ungu artinya penolak rasa jahat.
Pada praktek sehari-hari warna juga dapat dimanfaatkan untuk
mengubah atau memperbaiki proporsi ruang secara visual demi peningaktan
kenyamanan.
·
Langit-langit
rumah yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan memberi warna hangat dan agak
gelap.
·
Warna
aktif seperti merah, orange pada bidang yang luas memberi kesan memperkecil
ruang.
·
Ruang
yang agak sempit panjang dapat berkesan pendek dengan memberi warna hangat pada
dinding bagian muka, sedang untuk berkesan luas diberi warna dingin seperti
warna putih.
·
Dinding
tidak seharusnya dari lantai diberi warna yang sama, jika dinding bergaris
horizontal ruang berkesan terlindung, sedang vertikal berkesan lebih tinggi.
Sebagai suatu kesimpulan dapat ditentukan bahwa keseragaman
yang menoton adalah racun keindahan/ kenyamanan.
EKOLOGI
ARSITEKTUR
Definisi Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari antara organisme dengan
suatu lingkungan dan lainnya.
Ekologi berasal dari bahasa yunani yang berarti “oikos”
(Habitat) dan “Logos (Ilmu).
Ekologi juga dapat diartikan sebagai Ilmu yang mempelajari
interaksi antar makhluk hidup ataupun makhluk hidup dengan lingkungannya
berada.
Di daalam ekologi, makhluk hidup juga dipelajari sebagai
kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Ekologi pertama kali dikemukakan
oleh Ernst Haeckel (1834 – 1914).
Ekologi dan Arsitektur
Arsitektur dan ekologis sangat erat sebagaimana memanfaatkan
potensi alam sebaik mungkin guna menciptakan desain go green.
berikut keterikatan antara pola perencanaan Arsitektur
dengan ekologis :
1. Dinding. Dinding suatu bangunan harus melindungi dari
panas di luar, guna dinding yaitu untuk menyerap panas agar tidak masuk ke
dalam rumah hunian. dan bangunan yang menyerap udara alami dengan udara segar
dapat menghemat energi.
2. Atap. Fungsi atap disini sangat vital. karena atap
menyerap sinar matahari langsung agar tidak masuk ke dalam rumah. begitupun
Hujan,angin, dan lain-lain.
3. Bangunan sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi
Timur-Barat dengan bagian Utara-Selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan
dan Intensitas cahaya yang baik menghasilkan energi baik yang terkandung dalam
bahan bangunan yang digunakan saat pembangunan harus seminal mungkin.
Tujuan Bangunan yang berwawasan Lingkungan
Memberikan pendidikan dan contoh bahwa bangunan itu
didirikan dengan pertimbangan – pertimbangan yang berpihak kepada lingkungan,
baik itu lokasi tapak bangunan, arah bangunan,material bangunan, konsep bentuk
bangunan itu sendiri,serta energy yang akan di gunakan sebagai penunjang, ada
beberapa tujuan prioritas dalam mendirikan bangunan yang berwawasan ekologi
1. Sebagai contoh atau panutan bagi masyarakat secara umum bahwa betapa pentingnya kita melakukan studi lingkungan terlebih dahulu sebelum bangunan didirikan
2. Memberikan arahan ke pada masyarakat tentang wujud serta bentuk bangunan yang sesuai dengan lingkungan serta budaya sekitar
3. memberikan contoh bagaimana perletakan tapak bangunan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan pengaruh yang negative terhadap lingkungan
4. Mengikutsertakan masyarakat dalam proses pembangunan, sehingga masyarakat dapat belajar, dan terciptanya peningkatan ekonomi local
5. memberikan contoh yang benar terhadap pengelolaan serta perawatan bangunan ekologi, baik itu fisik bangunannya, pengelolaan limbahnya,pengelolaan sumber kebutuhan serta energy sehari – hari, pengelolaan vegetasinya, dan yang terpenting adalah prilaku manusianya
6. memberikan kontribusi terhadap lingkungan sekitar untuk merawat sumber – sumber material local,dan mengajak masyrakat untuk dapat memahami bersama bagaiman cara merawat, menggunakan serta mamanfaatkan sumber – sumber material local itu sendiri
1. Sebagai contoh atau panutan bagi masyarakat secara umum bahwa betapa pentingnya kita melakukan studi lingkungan terlebih dahulu sebelum bangunan didirikan
2. Memberikan arahan ke pada masyarakat tentang wujud serta bentuk bangunan yang sesuai dengan lingkungan serta budaya sekitar
3. memberikan contoh bagaimana perletakan tapak bangunan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan pengaruh yang negative terhadap lingkungan
4. Mengikutsertakan masyarakat dalam proses pembangunan, sehingga masyarakat dapat belajar, dan terciptanya peningkatan ekonomi local
5. memberikan contoh yang benar terhadap pengelolaan serta perawatan bangunan ekologi, baik itu fisik bangunannya, pengelolaan limbahnya,pengelolaan sumber kebutuhan serta energy sehari – hari, pengelolaan vegetasinya, dan yang terpenting adalah prilaku manusianya
6. memberikan kontribusi terhadap lingkungan sekitar untuk merawat sumber – sumber material local,dan mengajak masyrakat untuk dapat memahami bersama bagaiman cara merawat, menggunakan serta mamanfaatkan sumber – sumber material local itu sendiri
Berikut masalah utama yang biasa dihadapi manusia dengan
lingkungan
1. Teknologi makin canggih :
Hal ini biasanya menyebabkan kerusakan dalam bentuk polusi yang sangat sulit diuraikan oleh tanah. Walaupun tujuannya membantu kehidupan manusia, jika hal ini tidak ditanggulangi maka akan sangat berdampak buruk bagi hari2 ke depan umat manusia.
Hal ini biasanya menyebabkan kerusakan dalam bentuk polusi yang sangat sulit diuraikan oleh tanah. Walaupun tujuannya membantu kehidupan manusia, jika hal ini tidak ditanggulangi maka akan sangat berdampak buruk bagi hari2 ke depan umat manusia.
2. Penurunan kualitas lingkungan :
Karena eksploitasi yang kita lakukan banyak lingkungan2 mengalami penurunan kualitas. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat kesuburan tanah, kebersihan air, dll.
Karena eksploitasi yang kita lakukan banyak lingkungan2 mengalami penurunan kualitas. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat kesuburan tanah, kebersihan air, dll.
3. Jumlah penduduk makin bertambah :
Hal ini menyebabkan kerugian paling besar. Jumlah manusia semakin bertambah dari hari ke hari, sedang lingkungan semakin berkurang karena semakin banyaknya tempat yang dibutuhkan oleh manusia.
Hal ini menyebabkan kerugian paling besar. Jumlah manusia semakin bertambah dari hari ke hari, sedang lingkungan semakin berkurang karena semakin banyaknya tempat yang dibutuhkan oleh manusia.
4. Peningkatan kualitas hidup :
Keberhasilan ekonomi, kemajuan teknologi, pemanfaatan sumber daya yang semena2 membuat kita terus merusak alam, dan terakhir.
Keberhasilan ekonomi, kemajuan teknologi, pemanfaatan sumber daya yang semena2 membuat kita terus merusak alam, dan terakhir.
5. Penurunan kualitas lingkungan :
Karena eksploitasi yang kita lakukan banyak lingkungan2 mengalami penurunan kualitas. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat kesuburan tanah, kebersihan air, dll.
Karena eksploitasi yang kita lakukan banyak lingkungan2 mengalami penurunan kualitas. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat kesuburan tanah, kebersihan air, dll.
KAWASAN BINAAN EKOLOGIS
DEFINISI KOTA EKOLOGIS
Secara umum, Kota adalah tempat bermukim warga kota yang
memiliki batas administrasi wilayah, kota juga berarti suatu lingkungan
perkotaan yang mempunyai ciri non-agraris, kota merupakan tempat bekerja dalam
bidang ekonomi, pemerintahan dan lain-lain.
Seorang biologist dari Jerman (1869 M) Ernest Haeckel
untuk pertama kalinya memperkenalkan istilah ekologi. Arti harfiahnya adalah oikos
= rumah atau tempat tinggal/habitat, dan logos = telaah , studi
ataupun kajian. Secara umum ekologi dapat diartikan sebagai studi tentang
interaksi antara individu/kelompok mahluk hidup dengan lingkungannya.
PRINSIP – PRINSIP KOTA EKOLOGIS
1. Mengembalikan lingkungan yang
mengalami degradasi
·
Membangun
kota dengan konsep taman
·
Menetapkan
koridor hijau di kawasan pedesaan dan perkotaan
·
Meningkatkan
kegiatan pedesaan untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan
2. Membangun kembali ”bioregion”
·
Membangunan
bangunan yang tanggap terhadap iklim
·
Menggunakan
sumber material bangunan lokal
3.Menyeimbangkan Pembangunan
·
Membangun
bangunan yang low energy dengan material yang mendukung
·
Melindungi
keanekaragaman ekologis
·
Menghargai
tempat hidup manusia dalam lingkungan
4.Mencegah Urban Sprawl
·
Membatasi
perluasan pembangunan baru
·
Mengkonsolidasi
kawasan kota yang ada dengan mengupayakan penggunaan terbaik pada sumber daya
·
Mempertahankan
kota agar tetap hidup, dan sebagai tempat yang enak ditinggali
·
Menciptakan
jaringan transportasi yang efisien
5. Mengoptimalkan dayaguna energi
·
Penggunaan
energi yang dapat diperbaharui seperti angin, matahari
·
Penerapan
ventilasi dan insulasi pada bangunan untuk mengoptimalkan cahaya matahari
·
Mengurangi
konsumsi energi melalui desain yang tanggap pada iklim, penggunaan low energy
alternatif
·
Menggunakan
material produksi lokal
6. Berperan terhadap ekonomi
·
Industri
yang berkelanjutan
·
Mengembangkan
teknologi yang berbasis lingkungan
·
Penggunaan
teknologi informasi yang tepat
7.Menyediakan kesehatan dan keamanan
·
Mengurangi
polusi dan meningkatkan kualitas lingkungan
·
Pengumpulan,
daur ulang dan penggunaan kembali limbah padat
·
Penyediaan
dan sanitasi air
·
Lingkungan
yang tidak beracun dan non-alergi
8. Mendorong masyarakat
·
Melibatkan
masyarakat dalam pembangunan kota
·
Meningkatkan
peran serta masyarakat dalam administrasi publik dan manajemen
·
Mewujudkan
pembangunan melalui proses yang melibatkan seluruh masyarakat agar dapat
menyumbang hasil yang diharapkan.
9. Mempertimbangkan keadilan sosial
·
Keadilan
dalam mengakses terhadap layanan, fasilitas dan informasi
·
Pengentasan
kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja
·
Melibatkan
seluruh lapisan masyarakat dalam proses pembangunan
·
Menyediakan
perumahan yang terjangkau
10.Menghormati sejarah
·
Mengembalikan
monumen dan landmark lokal
·
Menghargai
perbedaan budaya
·
Menghormati
sejarah habitat pribumi
11.Memberdayakan cultural landscape
·
Perbedaan
kelompok budaya, pesta rakyat
·
Adanya
festival seni dan budaya
·
Bentuk
seni multikultural
·
Jaringan
komunitas seni dan kerajinan
12. Memperbaiki biosfer
·
Proyek
kerjasama restorasi lahan untuk pengembangan baru
·
Memperbaiki,
mengisi dan meningkatkan udara, air, lahan, energi, biomass, makanan,
keanekaragaman, habitat , ecolinks, mendaur ulang limbah.
KONSEP DAN VISI KOTA EKOLOGIS
Sumbangan pemikiran terhadap konsep kota yang berwawasan
lingkungan memberikan pengertian yang luas. Pemahaman yang sinonim dengan
konsep kota yang berkelanjutan, melahirkan istilah kota ekologis serta istilah
lain yang dikenal dengan kota hijau dan kota organik. Selanjutnya menurut Hill
(1992) bahwa kota seharusnya didorong untuk mendukung kebutuhan manusia secara
organik dan pemenuhan diri secara terus menerus sampai mencapai tingkatan yang
tertinggi, dimana lingkungan yang dibangun mendukung dan menegaskan secara
positif mengenai pembangunan manusia dan pembangunan yang berwawasan
lingkungan.
Melibatkan alam dalam membangun kota, seperti yang
diusulkan Ebenezer Howard (1898) menjadi landmark dalam perencanaan kota,
kemudian konsep tersebut dikenal dengan konsep kota taman. Howard dengan
konsepnya tersebut memandang bahwa kota dengan skala yang besar tidak akan
memberikan tempat yang cocok untuk tinggal, dimana ia mengindikasikan kota yang
besar sebagai bentuk rencana yang tidak ideal, lingkungan yang tidak sehat
sehingga kota tersebut akan mati. Kota taman yang dimaksudkan Howard, memiliki
batasan-batasan dimana ia menyarankan jumlah penduduk sebanyak 32.000 jiwa
dalam lahan seluas kurang lebih 405 ha (4.050.000 m²) dan lahan tersebut
dilingkupi oleh lingkungan hijau yang luas.
Sementara Pattrick Geddes (1915) percaya bahwa
perencanaan kota didasarkan pada pengetahuan tentang alam dan sumber daya suatu
wilayah. Misalnya secara khusus ia memandang kawasan lembah sungai sebagai unit
alami untuk menguji berbagai aktivitas yang berbeda terkait dengan kota. Dan
juga Geddes sudah meramalkan adanya pengaruh yang penting tentang perkembangan
kota yang terdesak oleh teknologi dan mode transportasi. Ramalan tersebut ada
benarnya, seperti halnya yang terjadi saat ini. Lebih lanjut menurutnya bahwa
dengan adanya perembetan kota tersebut maka menyebabkan penggunaan sumber daya
dan enegi menjadi tidak teratur dan menjauhkan diri manusia dari alam. Dengan
demikian hal ini akan sangat penting untuk membawa kembali alam ke dalam kota.
Berbeda dengan Howard yang kurang menerima kota dengan
skala besar karena dianggap tidak ideal, maka Alexander (1967, 1969)
berpendapat bahwa kota besar bisa ditentukan melalui pusat-pusat kota yang
saling berhubungan dan mendukung kota serta pertumbuhannya berdasarkan
perkembangan organik pada tingkat distrik dalam suatu kota.
Sejalan dengan pendapat Howard dan Geddes, Lewis Mumford
(1961) menggabungkan konsep tersebut dengan menyertakan elemen ikatan sosial
untuk menciptakan hubungan yang langsung antara kawasan ekologis dengan wilayah
perkembangan kota. Usulan Mumford melibatkan konsep baru tentang kota taman,
pembangunan kota yang desentralistik, dan lokasi yang terletak di kawasan
lembah sungai (Hill, 1992). Lebih detail mengenai konsep kota ekologis, Ian
McHarg(1969) menunjukkan tema ‘desain dengan alam’, sama halnya dengan Geddes,
ia mendukung adanya pengujian terhadap kondisi alam suatu kawasan sebelum
mengajukan pembangunan suatu kota. Hal yang berbeda dengan Howard, Mumford dan
Alexander adalah bahwa McHarg memiliki perhatian yang kecil pada interaksi
manusia, perkembangan distrik, hirarki wilayah dan prinsip umum tentang bentuk
kota, dimana lingkungan alami dirubah berdasarkan produk rencana yang disiapkan
yaitu berupa blueprint.
Implikasi dari pendekatan-pendekatan yang disampaikan
Howard, Geddes, Mumford dan McHarg, adalah menghindari pembangunan kawasan yang
tidak terbangun. Secara khusus, hal ini menekankan pada kebutuhan terhadap
rencana pengembangan kota dan kota-kota baru yang memperhatikan kondisi
ekologis lokal serta bertujuan untuk meminimalkan dampak yang merugikan dari
pengembangan kota. Selanjutnya juga memastikan pengembangan kota yang dengan
sendirinya menciptakan aset alami lokal.
Sinergi dengan pendekatan-pendekatan tersebut dimana
substansinya secara jelas menerangkan konsep kota alami untuk menuju kota yang
berwawasan lingkungan (ekologis). Konsep-konsep tersebut tercermin dalam
perumusan visi tentang kota ekologis dimana hal tersebut digambarkan dengan
beberapa visi yang mendukung eksistensi dan tujuan kota ekologis. Visi tentang
kota ekologis yang dimaksud adalah menciptakan kota yang selaras, serasi dengan
alam dan lingkungannya. Dimana pandangan-pandangan yang berkembang sesuai
dengan visi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
·
Perencanaan
perumahan yang diadaptasikan dengan alam dan mempertimbangkan faktor-faktor
biologis
·
Keseimbangan
ruang-ruang kota dan desa tanpa saling bertentangan
·
Perencanaan
area bangunan dan perumahan yang selaras dengan iklim
·
Upaya
desentralisasi terhadap sistem penyediaan energi yang selaras dengan sistem
kehidupan
·
Pertanian
yang tersebar mengikuti kontur alami dari lahan
·
Pola
jalan-jalan yang menyesuaikan dengan kondisi lahan
·
Perlindungan
suatu lahan untuk memelihara evolusi alami
·
Sungai
penyangga yang menjaga kemampuan alami untuk recovery dan self-regulation
·
Perlindungan
permukaan lahan melalui rencana transportasi yang cocok
·
Desain
yang menyatu dengan sejarah dan karakteristik lokal
·
Variasi
desain yang fleksibel menyatu dengan pengalaman penghuni
·
Komunitas
yang koopratif dan hubungan yang baik
·
Desain
yang memelihara lansekap alami
·
Zoning
dan gaya bangunan yang beradaptasi dengan iklim
·
Preservasi
pusat kota
·
Desain
ruang untuk pedestrian/jalan yang tidak menutup secara total dari permukaan
lahan
·
Ruang-ruang
mix-used untuk tempat tinggal, bekerja dan kegiatan lainnya
·
Menciptakan
ruang kehidupan untuk manusia, binatang dan tumbuhan
·
Kota
sebagai ekosistem dari elemen-elemen yang menyatu
·
Kota
merupakan gambaran kehidupan
Dengan demikian secara praktis kota ekologis merupakan
kota yang mengurangi beban dan tekanan lingkungan, meningkatkan kondisi tempat
tinggal dan membantu mencapai pembangunan berkelanjutan termasuk peningkatan
kota yang komprehensif. Kota ekologis melibatkan perencanaan dan manajemen
lahan dan sumberdaya serta implementasi peningkatan lingkungan secara terukur.
KOTA BERBASIS EKOLOGI ENERGI HIJAU
Faktor terpenting dalam permasalahan lingkungan sebuah
kota adalah besarnya populasi manusia atau kecepatan laju pertambahan penduduk,
sebab dengan tingkat pertambahan penduduk yang tinggi, kebutuhan pangan dan
bahan bakar industri serta transportasi akan meningkat, yang pada akhirnya
mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan kota. Strategi yang
diperlukan dalam pembangunan kota hemat energi adalah efisiensi, intensifikasi,
konservasi, revitalisasi di dalam upaya menyelaraskan pembangunan kembali kota
(sustainable urban redevelopment
movement). Beberapa klaim bahwa kota berbasis energi akan mengurangi ketergantungan
pada mobil pribadi, perlindungan pada daerah pori-pori dan daerah hijau, akses
yang lebih baik kepada fasilitas dan layanan kota dengan lokasi hunian yang
berbasis ekologi.
ENERGI HIJAU
Sumber daya
geologi yang dimanfaatkan sebagai penghasil energi sebuah kota, terbentuk di
alam baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu dengan memanfaatkan
kemampuan sumber daya manusia dalam menciptakan teknologi agar dapat dirubah
dan dikonversikan menjadi energi kehidupan. Energi diperlukan bagi setiap kota
dan makhluk di bumi karena memiliki kemampuan melakukan usaha atau kerja.
Sumber daya geologi yang dapat digunakan sebagai energi yaitu minyak bumi, gas
alam, batubara, panas bumi, air, mineral radioaktif, angin, gelombang air laut,
dan radiasi matahari
Yang perlu
diperhatikan dalam pembangunan dan perencanaan kota inti, satelit dan suburban
yang berbasis energi hijau adalah pencemaran udara, ada 9 jenis bahan
pencemaran udara dari bahan bakar energi yang dianggap penting, tiga
diantaranya sangat dominan dan banyak dilepaskan pada saat pembakaran bahan
bakar fosil, yaitu : kelompok Oksida carbon yang terdiri dari atas carbon
monoksida [CO] dan karbon dioksida [CO], kelompok Oksida sulfur yang terdiri
atas sulfur dioksida [S] dan sulfur trioksida [SO] serta kelompok Oksida
nitrogen yang terdiri atas nitrogen oksida [NO], dan dinitrogen oksida [N2O].
Energi hijau
diperlukan dalam upaya menekan laju CO2 di udara, Energi hijau adalah energi
bersih, ramah terhadap lingkungan, polutannya tidak menambah beban lingkungan
biosfer dan geosfer. Energi ini bisa berasal dari air, hydrotermal, hydropower,
geothermal, angin, matahari, sampah, biomassa, biofuel, hingga pemanfaatan
gelombang panas matahari dan air laut. Terbatasnya sumber energi fosil yang
menyebabkan perlunya pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi hijau
[non-fosil] yang berasal dari alam dan dapat diperbaharui.
Dengan
penggunaan energi hijau merupakan bagian dari konsep kota hemat energi juga
merupakan salah satu konsep perencanaan kota hunian yang humanis, harus
terintegrasi dengan stasiun transportasi dan prasarana fasilitas publik agar
dapat mencapai kota ramah lingkungan.
EKOLOGI HIJAU
Proses
pemanasan bumi yang menimbulkan perubahan iklim telah memberikan ancaman
kehancuran bumi yang sebenarnya, ancaman itu berasal dari konsentrasi yang
makin bertambah dari karbon dioksida (CO2) dan gas rumah kaca.
Bahaya besar yang mengancam umat manusia dan biosfer adalah pertambahan panas
yang dipompa kedalam lingkungan lebih cepat dari yang dapat dipancarkan kembali
ke ruang angkasa, semakin tinggi peningkatan temperatur bumi semakin besar perubahan
karakteristik permukaan bumi yaitu lapisan es kutub akan menyusut, kekeringan
dan penenggelaman beberapa pulau, dan sangat membahayakan bagi Pulau-pulau
kecil di Indonesia.
Pada tingkatan
global, kota-kota yang ada dan tumbuh berkembang sekarang, hampir semua
indikator itu bersifat negatif, karena tidak berbasis energi hijau dengan pola
arsitekstur tata ruang hijau berupa penataan lingkungan eko-geologi dan green construction sehingga akan ada
dampak. Sebagai contoh, misalnya sekitar 20 hingga 30 persen spesies
tumbuh-tumbuhan dan hewan berisiko punah di Indonesia jika temperatur meningkat
lagi naik 2,7 derajat Fahrenheit atau setara 1,5 derajat Celcius. Hal ini cukup
mengkhawatirkan karena wilayah Indonesia menyimpan potensi aneka hayati dan
flora sebagai keseimbangan utama paru-paru bumi di dunia.
Krisis ekologi
perlu dimasukkan sebagai faktor utama dalam pembangunan kota yang berbasis
hijau dengan mengutamakan semua lingkungan tata ruang harus terdapat dan
berbasis ekologi hijau berupa taman kompleks perumahan, halaman rumah yang
hijau, taman paru-paru kota, taman/koridor jalan, taman evakuasi, taman
sanggahan bencana, taman pertanian dan kehutanan abadi serta taman tata ruang
air berkelanjutan. Dengan konsep berbasis ekologi energi hijau disetiap wilayah
kota yang berbentuk kota Suburban maupun sebagai rangkaian kota Satelit akan
memberikan efek pengurangan energi ke lingkungan berupa penekanan pemakaian
kendaraan pribadi, mendorong penduduk untuk naik sepeda, berjalan kaki,
mengurangi pemakaian pendingin buatan seperti AC, rumah tanpa AC. Membatasi
penggunaan AC mobil pribadi.
Pembangunan
tata ruang ekologi harus juga mempertimbangkan pembangunan hunian vertikal
maupun horizontal sebagai sarana kebutuhan sosial ekonomi terutama konsep
fungsi lahan campur yaitu mendekatkan lahan fungsi hunian dengan fasilitas
pelayanan umum dengan jarak tempuh yang hemat waktu yang memungkinkan kendaraan
non motorisasi seperti berjalan kaki, bersepeda dengan tatanan ruang hijau yang
menyejukan serta dimudahkan dengan sarana transportasi misalnya stasiun yang
bersistem transit dengan lokasi layanan fasilitas publik agar dapat mereduksi
mobilitas kendaraan dan mereduksi dana transportasi.