BAB
4
PEMUDA
DAN SOSIALISASI
1.
INTERNALISASI
BELAJAR DAN SPESIALISASI
Sebelum membicarakan internalisasi
belajar dan spesialisusi.
Mari kita kutip artikel yang dimuat
pada harian kompas, tanggal 11 februari 1985 sebagai berikut :
Seminar
Tentang R'emaja
ANOMI DI KALANGAN REMAJA AKIBAT
KEKABURAN NORMA,
Jakarta Kompas.
Masa remaja adalah masa tranbisi
dan secara psikologls sangat
problematis. masas ini memungkinkan
mereka bcrada dalam anomi (keadaan
tanpa norma atau hukum, Red) akibat
kontradiksi norma maupun orient-asi
mendua.
Anomi, menurut Enoch Markum. muncul
akibat keanekaragaman dan
kekaburan norma. Misalnya norma A
yang ditanamkan dalam keluarga, sangat
bertentangan dengan norma B yang ia
saksikan di luar lingkungan keluarga.
Masyarakat juga berada dalam
keadaan transisi, sehingga tidak mampu memberikan apa yang
diinginkan remaja.
OREANTASI MENDUA
menurut
Dr. Male` adalah orientasiyang bertumpu pada harapan orang tua, masyarakat dan
bangsa yang sering bertentangan dengan keterikatan serta loyalitas terhadap
peer (teman sebaya), apakah itu di lingkungan belajar (sekolah) atau di luar
sekolah.
Sementara itu Zulkarimen Nasution mengutip pendapat
ahli komunikasi J. Kapper dalam bukunya The Effect of Mass Communication
mengatakan kondisi bimbang yang dialami para remaja menyababkan merc-:ka
melahap semua isi informasi tanpa seleksi.
Dengan demikian, mereka adalah kelompok potensial
yang mudah dipengaruhì mediamassa, apapun bentuknya.Seminar juga menampilkan
Dra. Purnianti Mangunsong, Arif Gosita SH dan Suwarniayati Sartomo, Staf
Pengajar Jurusan Kriminologì, Dra. Louise E. Coldcnhoff, Kakanwil Depdukbud DKI
Jakarta serta Suwantji Sisworahardjo SH, MDS. Staf Pengajar Jurusan
Kesejahteraan Sosial FISIP-UI.
Keadaan bimbang akibat orientasi mendua, menurut Dr.
malo juga menyebabkan remaja nekad melakukan tìndak bunuh diri. Dengan mengutip
hasil penelitìan Dr. Prayitno mengenai Percobaan Bunuh Diri di Jakarta dalam hubungannya
dengan diagnosis psikiatris dan faktor Sosial kultural terhadap 1337 kasus
percobaan bunuh diri di 13 RSU Jakarta 1982/1983, diketahui bahwa 5,6 persen
remaja mencoba bunuh diri dalam kurun waktu tersebut. Dan bila dijumlahkan
dengan kategori 16-2() tahun jumlahnya menjadi 40 persen. “Hal ini amara lain akibat
dari pertentangan nilai antara peer group dengan pola asuh dan metode
pendidikan”, tambah Dr. malo.Untuk mengatasi hal ini. Dr. Malo mengemukakan beberapa
alternatif. Jalan ke luar yang diambil harus memperhitungkan peranan peer
group. Pro-gram pendìdikan yang melawan arus nilai peer, besar kemungkinannya
tidak berhasil. Penggunaan waktu luang remaja juga diperhatikan, untuk menanggulangi
masalah tersebut.
Sementara Enoch Markum berpendapat, agar orang
dewasa tidak selalu menganggap setiap youth culture adalah counter culture.
Remaja harus diberi kesempatan berkembang dan berargumentasi. “Tidak semua yang
termasuk dalam youth culture jelek”, tambahnya. Enoch Markum juga melihat
perbedaan yang berarti, antara remaja duludan sekarang. Ini disebabkan munculnya
fungsi-fungsi baru dalam masyarakat yang dulu tidak ada. “Banyaknya pilihan
juga menyebabkan kian kompleksnya masalah” sambungnya lagi.
PERAN
MEDIA MASSA
Menurut
Zulkarimen Nasution, dewasa ini tersedia banyak pilihan isi informasi.
Dengan demikian, kesan semakin permisifnya
masyarakat juga tercermin pada isi media yang heredar. Sementara masa remaja
yang merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
ditandai beberupa ciri. Pertama, keinginan memenuhi dan menyatakan identitas
diri. Kedua. kemampuan melepas diri dari ketergantungan orang tua. Ketiga„
kebutuhan memperoleh akseptabilitas di tengah sesama remaja.
Dari artikel di atas dapat disimpulkan bahwa masalah
kepemudaan dapat ditinjau dari 2 asumsi yaitu :
l) Penghayatan mengenai proses perkembangan bukan
sebagai suatu kontinum yang sambung menyambung tetapi fragmentaris,
terpecah-pecah, dan setiap fragmen mempunyai artinya sendiri-sendiri. Pemuda
dibedakan dari anak dan orang tua dan masing-masing fragmen itu mewakili nilai
sendiri. Oleh sebab itu, arti setiap masa perkembangan hanya dapat dimengerti dan
dinilai dari masa itu sendiri. Masa kanak-kanak hanya dapat diresapi karena
keanakannya masa pemuda karena sifat-sifatnya yang khas pemuda, dan masa orang
tua yang diidentikkan dengan stabilitas hidup dan kemapanan.
2.
PEMUDA
DAN IDENTITAS
Pemuda
adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani bermacam-
macam harapan, terutama darì
generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti
karena pemuda diharapkan sebagai
generasi penerus, generasi yang akan
melanjutkan perjuangan generasi
sebelumnya, generasi yang harus mengisi
dan melangsungkan estafet
pembangunan secara terus menerus.
Lebih
menarik lagi pada generasi ini mempunyai permasalahan-
permasalahan yang sangat bervariasi,
di mana jika permasalahan ini tidak
dapat diatasi secara proporsional
maka pemuda akan kehilangan fungsinya
sebagai penerus pembangunan.
Proses
sosialisasi generasi muda adalah suatu proses yang sangat
menentukan kemampuan diri pemuda
untuk menselaraskan diri di tengah-
tengah kehidupan masyarakatnya.
Oleh karena itu pada tahapan pengembangan
dan pembinaannya, melalui proses
kematangan dirinya dan belajar pada
berbagai media sosialisasi yang ada
di masyarakat, seorang pemuda harus
mampu menseleksi berbagai
kemungkinan yang ada sehingga mampu
mengendalikan diri dalam hidupnya
di tengah-tengah masyarakat, dan tetap
mempunyai motìvasi Sosial yang
tinggi.
a.
Pembinaan
dan Pengembangan Generasi Muda
Pola
Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasì Muda ditetapkan
oleh
Menteri Pendidìkan dan Kebudayaan dalam keputusan Menteri Pendidikandan
Kebudayaan Nomor: 0323/U/l978 tanggal 28 Oktober 1978. Maksud dari
Pola
Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda adalah agar semua pihak
yang
turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya benar-benar
menggunakan
sebagai pedoman sehingga pelaksanaannya dapat terarah,
menyeluruh
dan terpadu serta dapat mencapai sasaran dan tujuan. yang dimaksud.
Pola
Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda disusun
berlandaskan
:
l)
Landasan idiil
2)
Landasan konstitusional
3)
Landasan strategis
4)
Landasan histori
5) Landasan normatif.
Dalam
hal ini Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda menyangkut
dua
pengertian pokok, yaitu :
a. Generasi
muda sebagai subyek pembinaan dan pengembangan adalah
mereka
yang telah memiliki bekal-bekal dan kemampuan serta landasan
untuk
dapat mandiri dalam keterlibatannya secara fungsional bersama
potensi
lainnya, guna men yelesaikan masalah-masalah yang dihadapi
bangsa
dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara serta
pembangunan
nasional.
b. Generasi
muda sebagai obyek pembìnaan dan pengembangan ialah mereka
yang
masih memerlukan pembìnaan dan pengembangan ke arah
pertumbuhan
potensi dan kemampuan-kemampuannya ke tingkat yang
Optimal
dan belum dapat bersikap mandiri yang melibatkan secara
fungsional.
Permasalahan
Generasì Muda.
1)
Berbagai
permasalahan generasi muda yang muncul pada Saat ini antara
lain
:
a)Dirasa
menurunnya jiwa idealisme, patriotisme dan nasionalisme di
kalangan
masyarakat termasuk generasi muda.
b)Kekurangpastian
yang dialami oleh generasi muda terhadap masa
depannya.
c)Belum
seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas
pendidikan
yang tersedia, baik yang formal maupun non formal. Tingginya
jumlah
putus sekolah yang dìakibatkan oleh berbagai sebab yang bukan
hanya
merugikan generasi muda sendiri, tetapi juga merugikan seluruh
bangsa.
d)Kurangnya
lapangan kerja/kesempatan kerja serta tingginya tingkat
pengangguran/setengah
pengangguran di kalangan generasi muda dan
mengakibatkan
berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat
kecepatan
laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat
menimbulkan
berbagai problem Sosial lainnya.
e)
Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangun kecerdasan dan
pertumbuhan badan di kalangan generasi muda, hal
tersebut
disebabkan oleh rendahnya daya beli dan kurangnya perhatian
tentang
gizi dan menu makanan seimbang di kalangun masyarukat yang
berpenghasilan
rendah.
f)
Masih banyaknya perkawinan di bawah umur, lerutama di kalungan masyarakat
daerah pede saan.
g)
Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinun dan kehidupan
keluarga.
h)
Meningkatnya kenakalan remaja termasuk penyalahgunaan narkotika.
i)
Belum adanya peraturan perundangan yang mcnyangkut generasi muda.
2) Potensi-potensi
Generasi Muda/Pemuda
Potensi-potensi yang terdapat pada
genel'asi muda perlu dikcmbangkun
adalah
:
a)
Idealisme dan daya kritis.
Secara
sosiologis generasì muda belum mapan dalam latanun yang ada,
maka
ia dapat melihat kekurangan-kekurangan dalam tatanun dan secara wajar mampu
mencari gagasan baru. Pengejawantahan idealisme dan daya kritis perlu untuk senantiasa
dilengkapi
dengan landasan rasa tanggung jawab yang seimbang.
b)
Dinamika dan kreatifitas.
Adanya
idealisme pada generasi muda, maka generasi muda memiliki potensi kedinamisan
dan kreatifitas yakni kemampuan dan kesediaan untuk mengadakan pefubahan,
pembaharuan dan penyempurnaan kekurangan-
kekurangan
yang ada atau pun mengemukakan gagasan-gagusan/ulternatif
yang
baru sama sekali.
c)
keberanian mengambi resiko
perubahan dan pembaharuan termasuk
pembangunan, mengandung resiko dapat meleset. Generasi muda dapat
dilibatkanpada usaha usaha yang mengandung resiko.
d)
optimis dan kegairahan semangat
optimism dan kegairahan semangat yang
dimiliki generasi muda akan merupakan daya dorong unttuk mencoba maju lagi.
e)
sikap kemandirian dan disiplin murni
f)
terdidik
g)
keaneragaman dalam persatuan dan kesatuan
h)
patriotism dan nasionalisme
i)
sikap kesatria
j)
kemampuan pengasaan ilmu dan teknologi
sosialisasi
adalah proses yang membantu indifidu melalui belajarnya dan penyesuaian diri.
Tujuan pokok sosialisasi adalah :
a) Individu
harus diberi ilmu pengetahuan uantuk masa depan nya
b) Indifidu
harus bisa berkomunikasi secara efektif
c) Pengendalian
fungsi-fungsi organic yang di pelajari melalui latihan latihan
d) Bertingkah
lau selaras denggan moral atau tata nilai dan kepercayaan
3.
PERGURUAN
DAN PENDIDIKAN
A.
Mengembangkan
potensi generasi muda
Kaum
muda memang betul betul suatu sumber bagi pengembangan masyarakat dan bangsa,
oleh karena itu pembinaan generasi muda sangat diperlukan agar menjadi generasi
yang berkualitas untuk memajukan Negara dan bangsa.
B.
PENDIDIKAN
DAN PERGURUAN TINGGI
Arti
penting dari pendidikan sebagai upaya untuk terciptanya kualitas sumber daya manusia
sebagai persyaratan utama dalam pembangunan.
Generasi
muda dituntut untuk mengenya pendidikan sampai slta sederajat agar menjadi
generasi muda yang mengetahui dalam pembangunan untuk memajukan Negara agar
tidak kalah saing denngan Negara lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar